Faktanya 7,6 juta penduduk Indonesia mengalami penyakit diabetes. Penyakit ini masuk ke dalam tujuh besar penyakit yang ada di Indonesia.

Hal itu disampaikan Niels Lund, Vice President Global Public Affairs Novo Nordisk, pada acara peluncuran buku Blueprint for Change, di Jakarta.

Buku Blueprint for Change adalah sebuah laporan studi mengenai penyakit diabetes.

Buku yang disusun oleh perusahaan farmasi Novo Nordisk bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu juga mengungkapkan pertumbuhan penderita diabetes di negara kita tergolong tinggi, yakni mencapai 6% per tahun.

Artinya jika saat ini ditengarai ada 7,6 juta penderita diabetes, pada 2030 jumlah diabetes di negeri ini ditaksir bakal mencapai 21,3 juta orang.

Lund mengungkapkan terdapat empat kendala utama dalam penanganan kasus diabetes di negara kita.

Masalah itu adalah rendahnya pengetahuan akan pencegahan dan pengobatan diabetes; tidak meratanya layanan kesehatan; terbatasnya petugas kesehatan; dan terbatasnya jumlah pasien yang mendapatkan pengobatan diabetes yang tepat.

“Kalau kesadaran masyarakat akan diabetes tidak terangkat, hal itu dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat Indonesia,” ujar Lund.

Ia memprediksi kejadian diabetes di Indonesia bakal terus meningkat. Hal itu disebabkan oleh derasnya tingkat urbanisasi dari desa ke kota.

Kondisi tersebut tentu akan menyebabkan pergeseran pola makan serta rendahnya aktivitas fisik yang dikenal sebagai gaya hidup masyarakat perkotaan.

Perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit diabetes juga diamini Dirjen Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama.

Tjandra mengatakan pada hakekatnya diabetes bukanlah penyakit yang bisa dianggap remeh. WHO pada 2010 mengatakan diabetes adalah penyebab kematian nomor 6 di dunia. WHO juga mencatat terdapat 1,3 juta orang meninggal karena diabetes.

Kemenkes sendiri, tambah Tjandra, telah memprioritaskan penanganan diabetes sama seperti gangguan penyakit metabolik lain seperti hipertensi, jantung koroner, dan stroke.

Pemerintah, sambungnya, juga fokus pada pengendalain faktor risiko penyakit itu lewat upaya preventif dan promotif.

Saat ini, kata Tjandra, pelayanan pengobatan diabetes sudah bisa dilakukan di puskesmas.

Adapun upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko diabetes dilakukan di pos pembinaan terpadu (Posbindu), sebuah kegiatan pencegahan dini yang melibatkan masyarakat. Posbindu tersebar di berbagai provinsi, jumlahnya sekitar 7.225.

Sumber: Metrotvnews

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.